Islam adalah agama yang sempurna. Mengenai kesempurnaan ini Allah telah berfirman di dalam Al Qur’an surat Al-Ma’idah ayat 3:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
Firman Allah dalam QS. An-Nahl: 89 sebagai berikut,
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
Di dalam Al-Qur’an, Allah telah menjelaskan tentang tauhid dengan segala macamnya, tentang adab bergaul dengan sesama manusia, dan lain sebagainya mencakup seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian, tidak ada sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia baik yang menyangkut masalah kehidupan di dunia maupun di akhirat, kecuali telah dijelaskan dalam Al-Qur’an secara tegas maupun dengan isyarat dan telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Bahwasanya Allah telah mewajibkan kita untuk mengambil dan mengikuti segala apa yang telah disabdakan dan ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 80:
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.”
Apabila kita telah mengetahui dan meyakini hal-hal di atas, maka apakah masih ada sesuatu hal tentang ajaran Islam yang dapat mendekatkan kepada Allah yang belum dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam sampai beliau wafat? Tentu tidak. Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam telah menerangkan segala sesuatu yang berkenaan dengan ajaran Islam, baik melalui perkataan, perbuatan, atau persetujuan beliau. Beliau telah menerangkannya langsung dari inisiatif beliau atau melalui jawaban atas suatu pertanyaan yang diajukan oleh para sahabat. Kadangkala, atas kehendak Allah, ada seorang Arab Badui datang kepada beliau untuk bertanyatentang suatu masalah adala agama Islam, sementara para sahabat yang selalu menyertai beliau tidak menanyakan hal tersebut, karena itu sahabat merasa senang apabila ada seorang badui datang untuk bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.