Aku dan hijab panjangku, sering menjadi bahan pertanyaan dari mereka yang belum memahami arti hijab sebenarnya. Beragam pertanyaan hadir mencerca. Hijab panjang berwarna gelap, dari jama’ah apa? Aliran apa? Paham apa? Akidahnya apa? Ikut imam siapa? Ikut kata ustadz siapa? Ikut Islam yang mana? Begitu derasnya cercaan itu, namun itu merupakan sebuah ladang dakwah yang sangat subur, harus dijelaskan secara gamblang. Hijab lebar berwarna gelap bukan berarti sang pemakai mengikuti jama’ah tertentu, bukan mengikuti aliran tertentu, bukan ikut paham tertentu. Bukan ikut kata ustadz, bukan ikut islam yang mana-mana, tapi mengikuti risalah Islam yang dibawa Rasulullah. Karena beginilah seharusnya wanita menutup auratnya, berpakaian tidak mencolok, longgar, tidak ketat, tidak transparant. Ini adalah cara menutup aurat yang diperintahkan Allah kepada semua muslimah yang telah baligh.
Aku dan hijab panjangku, menjadi target musuh untuk menyudutkan Islam. Berbagai tuduhan termuntahkan. Teroris. Radikal. Khawarij. Wahabi. Terbelakang. Penghambat HAM. Berlebihan. Tuduhan itu begitu menyudutkan, dan memang itulah misi mereka, menyudutkan Islam agar lingkupnya terkungkung dan geraknya terbatas. Dan di dada kami para muslimah tertanam ayat indah mengandung motivasi yang begitu dahsyat.
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya Nya, meskipun orang-orang kafir membencinya.” (As-Shaff: 8)
Tuduhan teroris itu upaya mereka menggembosi Islam yang merupakan pesanan Amerika dan sekutunya. Radikal juga statement Amerika dalam rangka mengelabuhi dunia, agar jagat raya menyetujui cara Amerika memerangi Islam. Jadi kata Radikal itu sengaja barat sematkan demi meraih dukungan dunia terhadap misi barat membantai umat Islam di belahan dunia Islam. Gelar khawarij dan wahabi juga ciptaan musuh-musuh agar umat berbondong-bondong membenci Islam. Utamanya kami para muslimah yang berhijab lebar. Dengan segala upaya mereka ciptakan opini ditengah hingar-bingar masyarakat, agar memandang secara sinis wanita berhijab lebar.
Aku dan hijab panjang, terkadang di anggap sebuah fitnah oleh beberapa orang, enggan menyapa dan cenderung berprasangka buruk karena hijab. Namun sesungguhnya, semua itu hanyalah ujian kecil bagi muslimah. Bukan hijab lebar kami yang menjadi sumber fitnah, tetapi musuh-musuh itulah yang berusaha menebar fitnah terhadap muslimah berhijab lebar, mempengaruhi muslim awam agar tidak mengikuti cara berbusana seperti ini. Semua ini telah musuh rancang untuk menelanjangi muslimah agar berpakaian ala pakaian yang musuh inginkan. Aku dan hijab lebarku, tidak tertarik mengikuti cara berpakaian para perancang busana, karena jika kami mengikuti para designer itu, berarti telah membantu memakmurkan ladang bisnis pakaian mereka yang menyalahi aturan syari’at.